Senin, 16 Maret 2015

Kesehatan Mental ; Sejarah, Konsep, dan Konsep Pengaruh Budaya

Kesehatan Mental

Ade Fauzan Adzim A
Npm : 10513130
  
Sejarah Kesehatan Mental 

Sejarah dari kesehatan mental tidakseperti atau sejelas dari sejarah ilmu kedokteran.Inidikarenakan masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dengan indera pengelihatan kita, dalam artian tidak terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang bisa dikatan dapat dengan mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental tergolong sulit untuk terdeteksi. Sekalipun oleh anggota keluarganya yang merupakan orang terdekatnya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal biasa yang dianggap wajar-wajar saja, bukan sebagai gangguan.


Khusus pada  masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda masyarakat Indonesia membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkanKebayakan orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental agar tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut  membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang semestinya mendapatkan pertolongan dan perhatian yang baik di bidang kesehatan mental.
Pada Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, penyakit pernapasan dan usus, serta penyempitan pembuluh darah. Tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit fisik lainya.
Tetapi sungguh menggembirakan karena pasien sakit mental tetap diperlakukan secara manusiawi. Dalam perkembangan selanjutnya pada waktu sejarah mulai tercatat walaupun ada beberapa pengecualian peradaban-peradaban manusia di tandai dengan penganiayaan terhadap para pasien sakit mental diperlakukan dengan kasar dan kejam serta mereka dipandang sebagai penggangu masyarakat. Lagi pula dewasa ini orang kadang-kadang memperlakukan para pasien sakit mental tanpa belas kasihan dibandingkan dengan orang-orang  zaman purba. 
Ada spekulasi yang dapat diterima bahwa beberapa gejala penyakit mental dewasa ini sangat mirip dengan yang dijumpai pada zaman dahulu. Gejala-gejala penyakit mental zaman dahulu dan sekarang mungkin berhubungan sama halnya kita sendiri juga berhubungan dengan paraa nenek moyang kita. Penyebab-penyebab penyakit mental zaman dahulu dapat juga dianggap berhubungan dengan penyakit mental zaman kita.  
Para pendahulu psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Penyakit mental tentu saja merupakan bagian dari bidang praktek mereka. Sering kali dukun-dukun ini merupakan para cendikiawan yang lebih baik dari kelompok. Lagi pula hubungan natara agama dan penyakit mental lebih erat dibandingkan dengan hubungan antara agama dan penyakit lain.
Pada Zaman Peradaban Awal
Dalam semua peradaban awal yang kita kenal di mesopotamia, mesir, yahudi, india, cina dan benua amerika, imam-imam, tukang sihir merawat orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama dengan penderita-penderita lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan separjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang terorganisir. Ilmu kedokteran menjadi lebih terorganisasi waktu peradaban-peradan menjadi lebih maju.
Di mesopotamia Penyakit mental dihubungkan dengan setan-setan dan pengobatan atau perawatanya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan upacara-upacara magis supaya setan keluar dari tubuh si pasien. Orang-orang mesir memiliki sekolah kedokteran di kuil imhotep. Di kuil tersebut terdapat sebuah rumah sakit di sana dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan serta di terapkan semacam psikoterapi yang serupa dengan beberapa pendekatan yang sangat moder untuk mengobati penyaklit mental.


Di mesir juga dokter-dokter yang sekaligus imam, kepercayaan akan setan dan suatu pendekatan untuk merawat penyakit mental yang serupa dengan yang terdapat di mesir dan mesopotamia juga merupakan ciri khas dari ilmu kedokteran yahudi, tetapi kepercayaan akan satu alLah sebagai sumber segala kehidupan termsuk kesehatan dan penyakit mental merupakan perbedaan pokok dengan ilmu kedokteran dari peradaban awal lainya.
Di persia setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit. Mental yang baik atau kekuatan psikis/jiwa selalu mencari kesucian, kebajikan dan kebaikan hati. Metode-metode pengobatan cina dn hindu mirip dengan yang terdapat di persia. Ada kepercayaan-kepercayaan yang serupa dengan kekuatan-kekuatan yang berperang antara yang baik dengan yangburuk. Dalam pandangan orang cina gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidak seimbangan antara Yin dan Yang.
Karena gangguan mental dianggap sebaai tidak adanya keseimbangan fisik maka orang yang mengalami gangguan mental tidak dianggap sebagai yang memalukan. Demikian juga orang hindu memiliki kekuatan baik yngh disebut VISHNU dan berperang melawan kekuatan jahat yang disebut SHIVA. Di afrika masyarakat berpendapat bahwa gangguan fisik dan mental di sebabkan oleh musuh-muh, roh jhat atau dalam beberapa kasus oleh nenek moyang yang marah. Beberapamasyarakat tradisional afrika berpendapat bahwa penyakt disebabkan oleh penyebab-penyebab natural (fisik).
Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental),  Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental), Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Pada Zaman Renaissesus
Pada zaman ini dibeberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Setelah Abad ke XVII – XX
                        Peralihan dari pendekatan demologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental tidak terjadi dalam waktu yang singkat.Di Prancis misalnya hukuman mati bagi tukang sihir tidak dicabut sampai tahun 1862.Kecendrungan umum pertama terhadap perawatan khusus bagi para pasien sakit mental mungkin sekali muncul setelah pembaruan-pembaruan social, politik dan ilmu pengetahuan yang menjadi ciri dari pertengahan abad ke 18.
                Pada awal abad ke 18 perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan system suatu hal yang mungkin sama dengan analisis system. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu kedokteran fisik dengan identifikasi, penyelidikan dan usaha untuki secara rasional mengobati banyak penyakit yang sampai saat itu dilihat sebagai sesuatu yang misterius dan magis.
                Phillipe Pinel memulai karyanya pada pengobatan psikiatri pada permulaan nabad ke 19 segera setelah revolusi.Ia tetap sebagai dokter yang bertanggung jawab terhadap la bicetre rumah sakit mental di paris. Ia memelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.willian tuke mendirikan York Retreat  pada waktu pinel mengorganisasikan rumah sakit mental di Prancis. Usaha kelompok kecil dari tuke itu lambat laun mendapat dukungan dari John Conolly, Samuel Hitch dan para Psikolog Medis lain yang hebat dari Inggris.
                Pada wahun 1841 vHitsch mulai nmenggunakan perawatan wanita yang terlatih di bangsa-bangsa rumah sakit jiwa Gloucester dan menempatkan pengawasan-pengawasan untuk memimpin staf perawatan.Anton muller yang bekerja disebuah rumah sakit mental menyarankan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila dan menentang kekangan yang sangat tajam terhadap para pasien sakit mental.
                Di Amerika latin rumah sakit yang paling awal mulai muncul pada pada tahun 1820an. Pada tahun 1847 para pengunjung ke meksiko dan perlu melaporkan bahwa orang gila dipakai sebagai hiburan untuk masyarakat umum yang membayar untuk pertunjukan itu. Keberhasilan dari eksperimen Pinel dan Tuke dalam metode yang lebih berperi-kemanusiaan menimbulkan revolusi para perawatan para pasien penderita sakit mental di seluruh dunia.Kemudian pada pertengahan abad ke 19 dimana tukang sihir dibakar di Amerika, yang kemudian di Eropa munculah revolusi pertama untuk menangani secara manusiawi dan memperbaiki lembaga-lembaga penyakit mental yang dimulai oleh seorang guru wanita dari Massachusetts, Dorothea Lynde Dix.
                 Lalu gerakan ilmu kesehatan mental tersebut tidak lama kemudian di prakarsai oleh Clifford Wittingham Beers. Selama 3 tahun ia di Rumah Sakit negeri dan swasta di Connecticut Beers mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dari pegawai-pegawai rumah serta tetap memakai baju tidur dan terikat selama beberapa jam.
                Pada tahun 1919 di bentuk international Committee for Nental Hygiene dengan markasr besarnya di amerika serikat. Pada tahun 1930 ketika kongres international I din adakan di Washington DC., ada 53 bnegara terbagi di dalam kongres tersebut. Pengakuan terhadap cita-cita preventif yang di sponsori oleh nasional comunitee for Mental Hygiene datang pada tanggal 3 juli 1946 ketika kongres amerika serikat mengesahkan undang-undang kesehatan mental nasional. Pengesahan Undang undang oleh kongres amerika serikat ini jelas merupakan pengakuan teradap usaha-usaha Clifford Beers.Sebagai punbcak dari gerakan besar yanbg dimulai di New Haven, Connecticut ini, maka dibentuk federasi dunia kesehatan mental pada tahun 1948.
                Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

Konsep Sehat Secara Umum

Sehat dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan manusia.Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan bersamaan dengan pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi, dan manusia akan memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan.Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah.Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.

 Pengertian Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya.Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat.Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya.Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik[2], mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat.Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat.Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. 
 Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal tersebut ada.[3]
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
o   Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
o   Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
o   Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
o   Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.
  
Konsep dari Kesehatan Mental

Memahami konsep kesehatan kita tidak pernah lupa dan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan.Sepanjang sejarah makna sehat dan sakit ternyata sangat dipengaruhi dengan peradaban.


Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat dan sakit.Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatan antara kedua kebudayaan.
Pengaruh Budaya Terhadap Konsep Kesehatan.

Pengertian kesehatan menurut WHO tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi kompleks. Kemudian WHO juga mendefinisikan kesehatan sebagai: “…keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental(rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penakit, cacat dan kelemahan …….”(smet, 1994). Adapun pengertian tersebut menyebabkan kebijakan di bidang keshatan mengalami perubahan  dahulu segala upaya dilakukan dngan tujuan untuk menyembuhkan/mengobati penyakit.stelah berbagai macam dan berbagai macam temuan teknologi di upayakan dapat kearah penyembuhan. Yang akibatnya berbagai teknologi modern diketemukan sehingga berbagai macam penyakt dan gangguan lainnya bisa diatasi.

Pergeseran teknologi modern tersebut membuka peluang bagi lmu – ilmu social umumnya dan ilmu – ilmu perilaku.Khususnya untuk memberikan sumbangan bagi upaya – upaya tersebut.Dan bidang – bidang baru sudah mulai bermunculan, seperti sosiologi kesehatan, anthropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan masih banyak lagi.
Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian yang diminati oleh Psikologi Lintas Budaya(berry, 1999).

Sebagai perbandingan, bidang psikologi (kepribadian) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “kepribadian sehat”. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (misalnya psikoanalisa dan behaviorisme) dalam memandang kodrat manusia.Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat kurang lebih mirip dengan konsep mengenai kesehatan seperti yang dikemukakan diatas yaitu, tidak adanya gejala – gejala yang cukup untuk memasukan individu kedalam kategori gangguan (kepribadian) tertentu. Atau dengan kata lain, kepribadian sehat yang mempunyai titik tolak dari apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyta – nyata terganggu atau tidak. Di lihat dari sudut pandang statistik, kepribadian sehat adalah kepribadian individu umumnya, yang bila digambarkan secara statistik berada didalam kurva normal, sementara kepribadian yang tidak sehat adalah kepribadian yang berada di luar kurve normal tersebut.

Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian sehat yang dipakai oleh umum dengan sehat yang betul – betul sehat, pandangan ini memprkenalkan “adisehat”atau “adinormal” untuk mengelompokkan orang – orang yang berbeda dari masyarakat umumnya tetapi yang betul – betul mampu mengaktualkan segenap potensi yang dimilikinya (Schultz, 1993).

 Konsep Kesehatan Mental dari Budaya Barat dan Timur

        
Model-model kesehatan muncul karena banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat dan juga Timur.Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.

o  Model Biomedis (Freund, 1991)


Model ini memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa, sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu.Kedua, penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau neurofisiologis.Ketiga, setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin. Kelima, konsep tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.




o  Model Psikiatris

Merupakan model yang berkaitan dengan Model Biomedis.Model ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.

o  Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
 


Merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis.Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial.Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.









Referensi :


Gambar :

http://mysteryology.blogspot.com/