Perilaku Asertif
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah
assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non
asertif dan perilaku agresif. Frensterhim dan Baer, mengatakan bahwa orang yang
memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari
orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan
pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan
orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka
yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas,
kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain,
dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.
Nelson dan Jones (2006) menjelaskan bahwa perilaku asertif
adalah perilaku yang merefleksikan rasa percaya diri dan menghormati diri
sendiri dan orang lain. hal ini sejalan dengan pengertian perilaku asertif yang
dikemukakan oleh Alberti dan Emmons ialah perilaku asertif meningkatkan
kesetaraan dalam hubungan sesama manusia, yang memungkinkan kita untuk
menunjukkan minat terbaik kita, berdiri sendiri tanpa hatrus merasa cemas,
mengeekspresikan perasaan kita dengan jujur dan nyaman, melatih kepribadian
kita yang sesungguhnya tanpa menolak kebenaran dari orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku asertif adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang
menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara
terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Pengertian
Assertive Training
Assertive training merupakan
salah satu teknik dalam terapi behavioral. Menurut Willis (2004) terapi
behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan
Skinerian dari B.F Skinner. Mula-mula terapi ini dikemabangkan oleh Wolpe untuk
menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku
yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan kata lain perilaku yang
menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan.
Willis (2004) menjelaskan bahwa
assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang
menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dalam menyatakannya. Assertive Training adalah suatu teknik untuk
membantu klien dalam hal-hal berikut:
·
Tidak
dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya;
·
Mereka
yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan padanya;
·
Mereka
yang mengalami kesulitan berkata “tidak”;
·
Mereka
yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya;
·
Mereka
yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya.
Corey (2009) menjelaskan bahwa assertive training (latihan asertif) merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperolah sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu.
Selain itu Gunarsih (2007) dalam
bukunya Konseling dan Psikoterapi menjelaskan pengertian latihan asertif
menurut Alberti yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk
melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap,
harapan, pendapat, dan haknya.
Berdasarkan beberapa definisi
diatas maka dapat disimpulkan bahwa assertive training atau latihan asertif
adalah prosedur latihan yang diberikan untuk membantu peningkatan kemampuan
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain
namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.
Tujuan
Assertive Training
Teknik assertive training dalam
pelaksanaannya tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh konselor
dan klien. Day (2008) menjelaskan bahwa assertive training membantu klien
belajar kemandirian sosial yang diperlukan untuk mengekspresikan diri mereka
dengan tepat.
Sedangkan menurut Fauzan (2010)
terdapat beberapa tujuan assertive training yaitu :
1. Mengajarkan individu untuk
menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan
dan hak-hak orang lain
2. Meningkatkan keterampilan
behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada situasi
tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak
3. Mengajarkan pada individu untuk
mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya
terhadap perasaan dan hak orang lain
4. Meningkatkan kemampuan individu
untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi
sosial
5. Menghindari kesalahpahaman dari
pihak lawan komunikasi.
Berdasarkan paparan diatas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan assertive training adalah untuk melatih individu
mengungkapkan dirinya, mengemukakan apa yang dirasakan dan menyesuaikan diri
dalam berinteraksi tanpa adanya rasa cemas karena setiap individu mempunyai hak
untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya.
Dengan demikian individu dapat
menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Manfaat
Assertive Training
Setiap perlakuan atau latihan
yang diberikan tentu memiliki berbagai manfaat bagi individu yang
menggunakannya. Menurut pendapat Corey (2009), manfaat latihan asertif yaitu membantu
bagi orang-orang yang:
·
tidak
mampu mengungkapkan kemarahan dan perasaan tersinggung
·
menunjukkan
kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya
·
memiliki
kesulitan untuk mengatakan “tidak”
·
mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi
dan respon-respon positif lainnya merasa tidak punya hak untuk memiliki
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat latihan asertif adalah membantu peningkatan
kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada
orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang
lain.
Tahapan
Pelaksanaan Assertive Training
Prosedur adalah tata cara
melakukan suatu instruksi. Pelaksanaan assertive training memiliki beberapa
tahapan atau prosedur yang akan dilalui ketika pelaksanaan latihan. Pada
umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif, mendasarkan pada prosedur
belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah, diperbaiki dan diperbarui.
Masters (dalam Gunarsih, 2007) meringkas beberapa jenis prosedur
latihan asertif, yakni:
1. Identifikasi terhadap keadaan
khusus yang menimbulkan persoalan pada klien.
2. Memeriksa apa yang dilakukan atau
dipikirkan klien pada situasi tersebut. Pada tahap ini, akan diberikan juga
materi tentang perbedaan perilaku agresif, asertif, dan pasif.
3. Dipilih sesuatu situasi khusus di
mana klien melakukan permainan peran (role play) sesuai dengan apa yang ia
perlihatkan.
4. Diantara waktu-waktu pertemuan,
konselor menyuruh klien melatih dalam imajinasinya, respon yang cocok pada
beberapa keadaan. Kepada mereka juga diminta menyertakan pernyataan diri yang
terjadi selama melakukan imajinasi. Hasil apa yang dilakukan pasien atau klien,
dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
5. Konselor harus menentukan apakah
klien sudah mampu memberikan respon yang sesuai dari dirinya sendiri secara
efektif terhadap keadaan baru, baik dari laporan langsung yang diberikan maupun
dari keterangan orang lain yang mengetahui keadaan pasien atau klien.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa assertive training merupakan terapi perilaku yang dirancang
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan individu yang diganggu kecemasan
dengan berbagai teknik yang ada agar individu tersebut dapat memiliki perilaku
asertif yang diinginkan.
Daftar Pustaka :
Fauzan, L. 2010. Assertive Training. Lutfifauzan.blogspot.com
Frensterheim dan Baer. 2011. Perilaku Asertif. http://www.duniapsikologi.com.