1.
Latar Belakang
Para ahli manajemen
sumberdaya manusia menyebutkan, bahwa upaya meningkatkan produktivitas kerja
sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam meningkatkan motivasi dan
kemampuan sumberdaya manusia organisasi itu sendiri. Pendapat seperti itu
didukung oleh keyakinan bahwa, tinggi rendahnya produktivitas kerja individu
anggota organisasi ditentukan oleh motivasi dan kemampuan (Mejia, Balkin dan
Cardy, 1998).
Inti dari semua upaya
peningkatan produktivitas organisasi adalah terletak pada sampai sejauhmana
seorang pemimpin mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin. Oleh
karena itu para pakar bersepakat bahwa inti dari manajemen (administrasi)
adalah kepemimpinan.
Keberhasilan pemimpin
dalam membina hubungan dengan seluruh anggota organisasi, tidak terlepas dari
kemampuan pimpinan dalam membina komunikasi. Sehingga peran komunikasi yang
dikembangkan oleh pimpinan akan berdampak pada pencapaian tujuan organisasi.
Oleh karena itu seorang pemimpin perlu memahami komunikasi dalam organisasi.
2.
Pengertian
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi
dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi yang terdiri
dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkris antara yang satu
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace and Faules, 2002).
Struktur hubungan
antara komunikasi organisasi terdiri dari pola interaksi antar anggota, siapa
yang berbicara dan memberi pesan kepada siapa? Hal ini yang disebut dengan
aliran informasi. Dasar pemikiran dari ide ini teori jaringan yang dapat
diprediksikan antar komunikasi antar individu yang ada di dalam organisasi. Jelasnya
dalam struktur komunikasi organisasi pasti terdapat struktur antar dependen dan
interdependen, sehingga antar yang berhubungan dapat menjalankan jaringan
komunikasi. Tapi dalam hal ini perlu ada aturan yang mengikat jaringan dalam
menciptakan hubungan. Oleh sebab itu perlu ada pemahaman peran jabatan dalam
komunikasi organisasi yang tercipta.
3. Bentuk Komunikasi Dalam Organisasi
a) Management Information System
Misalnya: dengan menggunakan
computer, data, informasi.
b) Telecomunication
Komunikasi
dengan peralatan yang mana komunikator dan komunikan, tidak berhadapan
langsung.
Misalnya: telepon, TV, e-mail, voice
messaging, electronic bulletin board.
c) Non-verbal communication
Pralinguistic, proxemics, kinesics,
chronemics, olfaksi, tactile, artifactual.
d) Interpersonal communication
Komunikasi yang terjadi antar
individu.
e) The organizational communication
process
- Instruksi atau komando
- Laporan, pertanyaan,
permintaan
- Subsgroup dengan
subsgroups
- Staff
4. Aspek - aspek Komunikasi Organisasi
Pace dan Faules (2002)
mengatakan komunikasi organisasi meliputi beberapa aspek, yaitu :
A.
Peristiwa Komunikasi.
Berkaitan dengan seberapa jauh informasi diciptakan,
ditampilkan, dan disebarkan ke seluruh bagian dalam organisasi. Dalam konteks
komunikasi organisasi mengolah dan memproses informasi tersebut menurut Pace
dan Faules (2002) ada lima faktor penting yang harus diperhatikan agar
organisasi berjalan efektif. Ke lima faktor tersebut, yaitu : kualitas media
informasi, aksesibilitas informasi, penyebaran informasi, beban informasi, dan ketepatan
informasi.
B.
Iklim Komunikasi Organisasi.
Pace dan Faules (2002) mengatakan iklim komunikasi
organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan
pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan,
disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui
interaksi dengan anggota organisasi lainnya.
Dalam melakukan interaksi, pimpinan organisasi
sebagai seorang komunikator harus dapat memilih metode dan teknik komunikasi
yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan sehingga
tercapai kepuasan atas komunikasi atau tercipta iklim komunikasi organisasi
yang menyenangkan. Iklim komunikasi merupakan citra makro bagi organisasi.
C.
Kepuasan
Komunikasi Organisasi.
Redding (dalam Pace dan Faules, 2002) mengungkapkan
bahwa istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan
tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam lingkungan total komunikasinya.
Downs dan Hazzen (dalam Pace dan Faules, 2002) mengemukakan delapan dimensi
kepuasan komunikasi yaitu sebagai berikut. Sejauhmana komunikasi dalam organisasi
memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan
untuk berpihak kepada organisasi.
Sejauhmana para penyelia terbuka pada gagasan, mau
mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan pekerjaan. Sejauhmana pra individu menerima informasi tentang
lingkungan kerja saat itu. Sejauhmana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik,
pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi, dalam organisasi
cukup. Sejauhmana terjadinya desas-desus dan komunikasi horizontal yang cermat
dan mengalir bebas. Sejauhmana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan
memadai. Sejauhmana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan
memperkirakan kebutuhan penyelia. Sejauhmana pegawai merasa bahwa mereka
mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.
5.
Hambatan –
hambatan dalam Komunikasi Organisasi
Pada umumnya, setiap
peristiwa/proses komunikasi diharapkan dapat berjalan dengan baik, informasi
yang disampaikan dapat diterima dengan tepat waktu, agar pihak penerima
informasi dapat dengan segera memberikan respon terhadap isi berita yang
diterimanya. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, kadang-kadang tidak
lancar.
Timbul
gangguan-gangguan (noise), baik berupa gangguan lingkungan, gangguan fisik,
gangguan bahasa, maupun gangguan-gangguan lainnya yang mugkin disebabkan oleh
perbedaan latar belakang pihak pengirim dan penerima, sehingga dapat mengurangi
keakuratan atau ketepatan pesan yang disampaikan.
Dari adanya gangguan-gangguan
tersebut di atas, akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
·
Berita yang
dikomunikasikan tidak sampai atau terlambat sampai ketujuan.
·
Berita yang
dikomunikasikan tidak dipahami oleh pihak penerima.
·
Penerima salah
menafsirkan, dan akibat dari salah menafsirkan akan menyebabkan sipenerima salah
dalam mengambil keputusan.
·
Berita tidak
ditanggapi sebagai mana mestinya, atau bahkan tidak ditanggapi sama sekali.
Untuk menghindarkan
dari gangguan-gangguan tersebut, baik pengirim maupun penerima informasi pada
akhirnya harus memahami tanggung jawabnya masing-masing. Diantaranya yang
merupakan tanggung jawab utama dari seorang pengirim/komunikator adalah: mengirim
pesan dengan jelas, memilih channel/saluran/media yang cocok untuk mengirim
pesan, meminta kejelasan bahwa pesan telah diterima dengan baik.
Daftar Pustaka :
R. Wayne Pace & Don
F. Faules. 2002. Komunikasi organisasi:
Strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Jakarta : Rosdakarya.
Gomej. Mejia. Balkin. & Cardy. 1998. Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Perilaku Organisasi.
Jakarta : PT. Prehallindo